Pijarlara, Mengawali Pijarannya Lewat Suar

INSOMNIAEnt.id – Kabupaten Lebak lagi rajin-rajinnya menyumbang talenta berbakat di industri musik Sidestream di Banten. Malah jauh sebelumnya, beberapa nama beken juga sudah lebih dulu melambung. Sebut saja The Running Man dan tentu tidak bisa lepas dari nama besar unit reggae, Momonon.

Setelah tahun lalu sejumlah panggung di Banten kerap dihiasi oleh dua band potensial asal Kota Multatuli, Hagiasophia dan Beranda Rumah, tahun ini nampaknya akan ada satu musisi lagi yang siap mengikuti jejak seniornya.

Pijarlara, merupakan band yang mengusung genre Indie Rock/Folk Rock. Terbentuk pertengahan 2018, Pijarlara terdiri atas Ilham (Vocal/instrument), Adis (Gitar 2/Vocal Latar), Irhan (Lead Gitar), Igin (Gitar Akustik), Samuel (Bass) dan dibantu oleh Rizky (Additional Drum).

Mengawali karirnya, Pijarlara merilis debut single berjudul SUAR. Lagu berdurasi 4 menit 37 detik ini dilepas tepat pada tanggal 31 Januari 2019.

Menyinggung soal SUAR, Pijarlara merepresentasikannya sebagai tanda akan terbitnya cahaya. Mereka menilai semua kehidupan diawali dengan terbitnya matahari dari timur.

“SUAR bagi kami sebagai cahaya yang benderang untuk semua aspek kehidupan di bumi. Dan SUAR adalah tanda sebagai karya awal kita untuk ikut meramaikan ranah musik indie di Banten,” kata Ilham, sang pentolan Pijarlara, Selasa (29/1/2019).

Artwork Pijarlara

 

Melalui SUAR, Pijarlara ingin menyampaikan pesan bahwa sebuah kehidupan akan dimulai dengan suatu perjuangan.

“Kami ingin mengatakan bahwa jadikan awal kehidupan sebagai penanda bahwa hidup itu penuh perjuangan dalam hal apa pun untuk menggapai semua yang akan dicapai,” seloroh Ilham.

Berbicara soal proses kreatif, SUAR dikerjakan selama 5 bulan, dimulai dari pembuatan lirik, aransemen, hingga recording. Penggarapannya dibantu oleh Resha “Momonon”, meliputi mixing dan mastering. Kebetulan, Resha memiliki studio recording bernama Stromp Records.

Ilham mengungkapkan bila karya perdana Pijarlara, banyak dipengaruhi kombinasi musik Folk, Rock dan Pop. Mulai dari Sigur Ros, I’m Barcelona, Coldplay, Angsa dan Serigala hingga Efek Rumah Kaca.

Background bermusik kami rata-rata berbeda. Misalnya gua dan Adis lebih suka dengerin musik Sigur Ros, Coldplay, Efek Rumah Kaca, dan Figura Renata. Sedangkan Samuel dia lebih suka sama lagu-lagu Rock Klasik seperti The Beatles, Pink Floyd, Panbers, dan Koesplus. Tapi itu justru memperkaya khasanah musik Pijarlara,” tutur Ilham.

Satu benang merah yang bisa dipetik dari selera musik yang berbeda itu adalah kesederhanaan. Mereka menilai musik yang dimainkan oleh musisi idolanya itu sederhana dan jujur. Maka hal itu lah yang menyatukan semangat, visi, misi, dan energi mereka membentuk Pijarlara.

“Semua pasti berawal dari hobi dan ternyata kami punya visi dan misi sama untuk menuangkan sebuah karya lewat musik. Maka dibentuk lah Pijarlara. Kita ingin berkarya lewat nada-nada yang sederhana, karya original dan apa adanya serta menjadikan musik Pijarlara sebagai alat untuk ajang silatruhami dikalangan musisi,” jelas pria yang merangkap sebagai crew Momonon itu.

“Kami memilih genre yang kami sebut Indie Rock/Folk Rock ini karena kami merasa enjoy dan nyaman dengan musik yang kita mainkan lewat alunan yang sederhana dari semua ide masing-masing, dan membuahkan karya yang original dan apa adanya. This is our music,” sambungnya mantap.

Di ujung obrolan bersama InsomniaEnt.id, Ilham membocorkan proyek besar Pijarlara. Selayaknya sebuah band yang berdikari, mereka pun ingin memiliki karya monumental.

Project jangka panjang selanjutnya kami mau membuat sebuah E.P album berisikan 6 lagu yang akan kita kerjakan seteleh rilis SUAR. Insya Allah jika semua berjalan lancar tanpa hambatan pertengahan tahun ini semoga bisa terlaksana,” tutupnya. (FCH).

Follow Us

Latest News