Militansi Musisi Lokal Membuktikan Eksistensi

INSOMNIAEnt.id : Record Store Day (RSD) Serang 2019 baru saja dihelat, tepatnya pada akhir pekan lalu, Minggu (28/4/2019). Keriuhan acara yang sudah digelar dua kali itu menyisakan banyak cerita bagi mereka yang menyempatkan hadir.

Bersama Kota Bogor, Sukabumi, Pontianak, dan Surabaya, RSD Serang menjadi kloter terakhir yang menyelenggarakan Hari Toko Rekaman itu di Indonesia. Karena sejumlah kota sebelumnya sudah lebih dulu merayakan RSD sejak awal April.

Tahun ini, RSD Serang bisa dibilang lebih meriah dan lebih menarik. Hal ini Nampak dari jumlah grup musik yang merilis secara eksklusif albumnya. Tercatat ada empat band lokal yang mengumumkan perilisannya pada hari itu. Matafaka (Ambil Alih Pikiran) dan Feeze (Hedgehog’s Dilemma) dari Pandeglang, memang sudah lebih dulu merilis albumnya di RSD Indonesia.

Namun sebagai bentuk penghormatan terhadap RSD di Banten sebagai rumah mereka, akhirnya band Rapcore dan Noise Rock itu kembali merilisnya di RSD Serang. Kemudian dua talent lain yakni Pray For Last Night (The Only Living Sahabi) dan TM Makmur (Karena Kamu), sengaja memilih RSD Serang untuk merilis debut albumnya secara eksklusif.

Sementara tahun lalu, hanya dua band yang merilis albumnya di RSD Serang, Standar Satu (Suara Margasatwa) dan The Petunjuxxx (Eskplisit). Sedangkan band punk rock veteran Serang, Suck-It 26 juga ikut ambil bagian merilis single terbarunya setelah satu tahun hiatus, Selamat Jalan Kawan.

Chasing The Sun Membuka Penampilan Dalam RSD Serang 2019

Keseruan RSD Serang 2019 bukan Cuma terletak pada momentum perilisan, namun juga aksi panggung yang disuguhkan keempatnya. Plus dua musisi lain yang turut meramaikan RSD Serang 2019, Chasing The Sun dan Kausa.

Layaknya RSD di belahan lain, RSD Serang 2019 juga menyajikan berbagai bentuk rilisan fisik yang ditawarkan oleh sejumlah pelapak. Rilisan old school maupun terbaru berjejer mengganggu pandangan mata, yang bikin kantong kosong dalam sekejap.

Sederet seniman lain pun ikut menjadi bagian dari keriuhan RSD Serang. Al Suherlan, menguasai area mini stage dengan memainkan vinyl yang memutarkan lagu-lagu lawas. Aksi ini pun sukses membuai pengunjung yang datang dan ikut berdendang.

Ada pula Edi Bonetski yang kali ini mengambil peran memamerkan karyanya berupa Art Sound Performance dengan menghiasi piringan hitam dengan berbagai goresan lukisan.

Seperti tahun sebelumnya, RSD Serang juga diselipkan momen diskusi. Dan kali ini, teman-teman dari House Of Salbai 34, InsomniaEnt.id, dan Record Collective Serang yang menginisiasi RSD, melibatkan Lukman Laksmana, frontman Kausa dan Superglad, serta M.Q Rizqy, live sound engineer, untuk memberi kuliah singkat tentang bagaimana menciptakan kualitas sound yang baik, baik ketika recording maupun saat pertunjukkan.

Luks “Kausa & Superglad dan MQ Rizqy Dalam Sesi Diskusi

Militansi Musisi

Berbekal kesuksesan RSD tahun lalu, inisiator ingin kembali mengumbar semangat menghargai karya-karya musisi, dengan mengarsipkan untuk kemudian menjadi aset yang menjanjikan.

Hasilnya, RSD Serang 2019 dirasakan begitu spesial. Penyebabnya? Tak lain karena jumlah musisi yang merilis albumnya tahun ini mengalami kemajuan. Tahun 2018 hanya dua musisi yang mendeklarasikan albumnya di RSD Serang. Sedangkan tahun ini, meningkat 100 persen.

Hal ini membuktikan bahwa RSD Serang memiliki pengaruh bagi musisi bersangkutan untuk memanfaatkan momentum RSD Serang dalam memulai sejarah panjangnya.

Beragam Rilisan Fisik Tersaji di RSD Serang 2019

Namun lebih dari itu, ada satu hal yang perlu digaris bawahi. Seperti sebuah dogma, membuat album adalah sebuah pencapaian tertinggi dari seorang musisi. Triwulan pertama 2019, sudah ada empat band yang mencetak rilisan fisik berupa cakram digital. Ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah bagi sebuah band.

Dinamika dan problematika bermusik dalam satu “armada” kerap memengaruhi band untuk membuat debut album. TM Makmur misalnya, butuh waktu empat tahun bagi mereka menyelesaikan album “Karena Kamu”.

Butuh militansi serta effort yang besar dalam menuntaskan obsesi demi menunjukkan eksistensi mereka dalam bermusik. Apalagi mengawali karir dari daerah yang tidak memiliki sejarah industri musik yang sustainable, seperti di Serang, Cilegon, atau bahkan di Pandeglang.

Dalam satu dekade terakhir, baru kali ini ada empat band lokal yang kompak merilis albumnya dalam waktu yang hampir bersamaan. Jangankan merilis dalam satu waktu, populasi perilisan album dalam satu tahun pun begitu minim.

Catatan yang ada, sejak RSD 2018 saja sebagai barometer, pasca Standar Satu dan The Petunjuxxx, hanya Valiant Kullo menoreh catatan emas dengan merilis album Reasonansi dibulan Oktober 2018.

TM Makmur Merilis Album Perdana Karena Kamu di RSD Serang 2019

Album Sebagai Arsip dan Aset

Melihat keberanian empat band di atas yang “nekad” merilis album di tengah miskinnya apresiasi penikmat musik lokal terhadap rilisan fisik, seharusnya menjadi pelecut bagi musisi lain untuk turut mengikuti jejak mereka.

Merilis album di daerah “berflower” ini memang tidak bisa menjanjikan peningkatan ekonomi. Namun orientasi itu harus digeser sementara demi membumikan kepedulian merawat rilisan fisik sebagai arsip dan aset.

Tengoklah saat ini, bagaimana sulitnya menemukan kepingan album perdana milik Suck-It 26, Clinic, kemudian album Sploist, The Minded, atau Abandon All The Suffer. Padahal menjadi gerbong pendobrak industri musik festival yang bertransisi ke musik sidetream yang mewabahi Banten era 2000-an.

Penampilan Atraktif Matafaka di RSD Serang 2019

Antologi lagu-lagu mereka yang direkam susah payah kala itu, kini tak lagi bisa genggam apalagi didengar. Hanya segelintir orang yang mungkin saja masih menyimpannya. Bahkan tidak personel dari band-band itu menyimpan karya mereka.

Disatu sisi, potensi mereka yang masih berani mengambil sikap untuk tetap merilis album fisik, harus mendapat dukungan masif agar tidak tenggelam dengan pola deaktivasi yang seringkali dianut pelaku industri kreatif lokal sehingga tak jarang menjadi “musuh” talent lokal.

Kalimat “Support Your Local Movement” tak cukup sebatas diutarakan lewat bibir, tapi perlu tindakan nyata dengan menghargai karya-karya mereka. Dampaknya adalah kita ikut melestarikan potensi besar mereka, sekaligus memperpanjang usia mereka untuk terus berkarya.

Selamat dan salut bagi kalian yang berani meriis album fisik! Terima kasih pula telah berbagi energi. (Fch).

https://www.instagram.com/p/Bw6C9f3jUs-/

Share :

Baca Juga