Kali ini, serikat buruh berkedok musisi DISTORSI AKUSTIK kembali merilis video musik dari single terbaru mereka berjudul “Tak Ada Tempat Untuk Warna Abu-Abu Dikotak Pastel”, usai memunculkan single mereka sebelumnya “Mesin Pemahat Waktu” yang mereka unggah pada kanal youtube mereka pada Agustus lalu. Single yang nantinya turut mengisi deretan album terbaru mereka berjudul “Puan”, masih dalam proses pengerjaannya. Sebelumnya single ini ikut meramaikan kegaduhan “Kompilasi Golongan Putih” yang diinisiasi oleh Kolektif Simpul Api, sebagai upaya membangun kesadaran politik tanpa menjadi politikus dalam menolak Pemilihan Umum.
Dalam lagu ini Distorsi Akustik tidak sendirian, berkolaborasi dengan solois Adam Suraja dan Tommy Hermawan untuk memberikan nuansa pada vokal agar terdengar lebih semarak. Tetap mengusung lirik absurd berbahan dasar kritik, dan alunan musik popular menuturkan pesan-pesan tersembunyi di dalamnya. “Sejarah yang kau tulis. Genosida itu evidensi palsu. Dunia yang kau pilih. Mengubur jasadku. Dan membungkamku.” sepenggal lirik yang mereka tulis, bagaimana emosi itu dijejalkan dalam atmosphere yang manis dan delay yang berdenting sepanjang nada. Jiwamu akan dibuat bersenandung kecil tanpa sadar pun ikut berdansa mengutuki pesan yang dikabarkan. “Dunia yang kita pijak berdiri diatas kepedihan dan ratapan manusia lain, disaat bersamaan kita hanya peduli pada hidup kita sendiri” ucap penyanyi solo Adam Suraja.
“Banyak kasus pelanggaran HAM yang terjadi dinegara ini, sebut saja kasus Munir, Marsinah, Udin bernas, Pembunuhan Mahasiswa Trisakti, Wiji Tukul sampai Genosida 65, dan masih banyak lagi yang tidak pernah terungkap siapa pelaku dan siapa dalangnya? Dan seiring pergantian tampuk kepemimpinan tetap saja hasilnya sama, senyap. Lagu ini bercerita tentang perlakuan keji yang terima oleh Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) pada waktu peristiwa Gestapu 65, sebagai upaya rezim yang berkuasa untuk membelokan sejarah. Karena kami percaya sejarah ditulis oleh para pemenang” ungkap Ragil Pamungkas.
Video musik yang berdurasi lebih kurang 3 menit ini. Dipoles oleh videografer Bang Ims, mengambil lokasi di Nada Studio Semarang. Disela – sela proses merekam album kedua mereka, dan merekam beberapa lagu secara “live recording” distudio yang sama. “Berbeda itu biasa, namun yang keliru adalah memaksakan pembenaran tanpa didukung literasi yang valid, karena kami percaya ilmu pengetahuan adalah senjata, dan lagu ini juga adalah sebuah upaya untuk mengenang mereka yang gugur tanpa proses peradilan” ungkap Taufik Adi.