Si Pejalan Kaki, Menapak Lebih Bahagia di 10 Tahun Korekayu

“Takkah kau lihat, beberapa bunga t’lah gugur. Meninggalkan ruang-ruang ratapan yang tak kunjung terisi.”

INSOMNIAEnt.id – Terjadi pada 10 tahun lalu, sekelompok mahasiswa bertemu satu sama lain di kampus, kemudian mengawali keisengannya nge-band untuk mengisi waktu luang. Berawal dengan nama “Retro Project” (Alfon, Bondan, Bagas, Arnold & Alvin) yang menyajikan karya tribute Naif & The Beatles, mereka kompak mengubah nama menjadi Korekayu pada 2014. Untuk merayakan sedekade melangkah, band Oldies Pop asal Jogja ini meluncurkan single terbarunya bertajuk Si Pejalan Kaki.

Single “Si Pejalan Kaki” terinspirasi dari perjalanan Korekayu selama 10 tahun berkarya bersama. Barangkali 10 tahun menapaki dunia musik bagi Korekayu merupakan prestasi yang luar biasa, mengingat puluhan band seangkatan dengan Korekayu sudah banyak yang hiatus, bubar dan tidak bermusik lagi.

Di single terbarunya, band yang dipunggawai Alfon Kriswandaru (Vocal, Guitalele), Alvin Yudha (Drum), Bagas Raharjo (Bass), Bondan Jiwandana (Guitar), Lukas Ingheneng (Guitar), dan Yustinus Cahyadi Bleki (Keyboard) ingin menyampaikan bahwa hal yang terpenting dalam menjalani sesuatu adalah menikmati proses. Kita memang harus habis-habisan dalam berkarya, namun tidak lupa untuk bersenang-senang menebar senyum lebar sebagai resep band bisa awet dan tidak bubar.

Judul ini adalah metafora dari apa yang telah Korekayu jalani. Berproses layaknya orang yang berjalan dengan santai, tidak terburu dan dikejar waktu tapi bukan berarti tidak bergerak sama sekali. “Jika orang lain ingin ngebut, kami ingin santai-santai saja menikmati pemandangan kiri dan kanan. Dengan cara ini kami lebih bahagia dalam bermain musik bersama. Yang penting proses tetap jalan dan tujuan harus ada.” jelas Bondan

Notasi “Si Pejalan Kaki” ditulis Alfon Kriswandaru, sedangkan lirik digubah Bondan Jiwandana. Selama proses menulis lirik, hal yang paling menarik adalah kilas balik 10 tahun ke belakang. Banyak hal yang sudah dilalui, baik sedih maupun senang. Tentunya yang paling vulgar muncul adalah kenangan bersama Alm. Gober, abang sekaligus senior di UKM Musik. Mas Gober yang berpulang pada akhir 2019 lalu mendorong mereka merilis Mini Album pertama yang bertajuk Retorika Metropolitan. Mas Gober menyokong penuh secara moral maupun materi. “Kalau dipikir lagi tanpa Mas Gober bisa jadi kami tidak lanjut sejauh ini.” ungkap sang gitaris. Pada penggalan lirik “Takkah kau lihat, beberapa bunga t’lah gugur. Meninggalkan ruang-ruang ratapan yang tak kunjung terisi” menjadi ungkapan sedih Korekayu mengenang beberapa kawan yang sudah berpulang dahulu.

Pada single terbarunya, Korekayu mencoba beberapa hal yang berbeda dari lagu yang sudah-sudah seperti ketukan drum yang berganti mood di akhir lagu. Selain itu, mereka juga merekam isian gitar dengan time signature yang sedikit nyeleneh yang belum pernah dicoba di lagu-lagu sebelumnya.

Masih sama seperti album Romansa, penggarapan single “Si Pejalan Kaki” dipercayakan kepada Satrio Piningit Studio. Direkam oleh Abraham Micho serta mixing dan mastering oleh Sasi Kirono. Proses rekaman lagu ini memakan waktu sekitar dua minggu diwarnai dengan suasana cemas-cemas bahagia berbarengan dengan tanggal perkiraan lahirnya putra pertama Yustinus Cahyadi Bleki yang telah lahir dengan sehat dan selamat. Selain itu, Artwork menggunakan sebuah foto lama yang diabadikan oleh Amiru dan diedit oleh Christian D. Nugroho yang merepresentasikan perjalanan satu dekade Korekayu. Sementara video lirik dieksekusi oleh Martin Paramarta.

Single “Si Pejalan Kaki” dijadwalkan mengudara dan bisa dinikmati pendengar pada 17 Juni 2022 tersedia di Spotify, Itunes, Deezer, dan hampir semua platform streaming yang tersedia. Sedangkan video lirik mulai tayang di kanal YouTube: Korekayu pada 10 Juni 2022.

Layaknya Nietzsche si pejalan kaki hebat yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk berjalan, kiranya lagu ini dapat menyiratkan makna bahwa sesuatu yang berjalan lambat itu tidak selalu buruk. Terkadang kita terbutakan hasil kerja keras yang belum tentu bisa membayar senyum dan tawa pada setiap proses yang kita lewati. Tak perlu capai berlari, cukup berjalan.

Share :

Baca Juga