Tips Merawat Vinyl Versi Al Suherlan “Suherlan Records”

Vinyl atau piringan hitam kini mengalami perkembangan yang semakin pesat. Padahal dewasa ini, media mendengarkan musik sudah ditunjang oleh layanan streaming seperti Joox, Spotify, ITunes, atau Youtube.

Namun layanan musik digital itu nyatanya tidak menyurutkan eksistensi piringan hitam. Terbukti saat ini banyak musisi yang berlomba-lomba merilis karyanya dalam bentuk vinyl. Sebut saja Seringai, Superman Is Dead, Naif, Sore, The Sigit, sampai D’Masiv.

Di luar negeri, band besar seperti Avenged Sevenfold, Killswicth Engage, ACDC, hingga Sex Pistols juga memproduksi karya dalam format piringam hitam. Meningkatnya produksian vinyl, tentu tidak lepas dari demam penikmat musik yang kembali menggilai cara klasik mendengarkan musik.

Vinyl sempat mengalami masa kejayaan pada era 60-70an, ketika band-band terbaik dunia masih merilis album dalam format ini. Namun, penemuan kaset dan cakram digital membuat vinyl sempat memudar untuk kemudian nyaris hilang dari peredaran.

Vinyl memang kue yang legit. Di Amerika saja, sepanjang 2014 menghasilkan pasar dengan nilai 346,8 juta dolar. Sementara Australia dan Jepang mengalami peningkatan penjualan vinyl sebesar 127 persen dan 81,4 persen. Meski demikian, pasar vinyl masih sangat kecil dibandingkan dengan uang yang dihasilkan industri musik secara keseluruhan, hanya 2 persen dari 14,97 miliar pada 2014.

Data dari Forbes tahun 2015 lalu, penjualan fisik vinyl menembus diangka 12 juta keping diseluruh dunia. Dan rata-rata hampir semua negara mengalami tren yang sama, termasuk Indonesia.

Data statistik terbaru yang dikeluarkan oleh pihak RIAA (The Recording Industry Association of America) untuk tahun 2017 menunjukkan kalau angka penjualan musik digital turun ke angka US$1,3 miliar, sementara penjualan rilisan fisik, meski juga turun, hanya ke angka US$1,5 miliar.

Meski harga per unit vinyl tergolong mahal, yakni bisa melebihi nominal Rp100,000, namun nyatanya hal itu tidak mengendurkan minat para penikmat musik analog. Mereka rela menghabiskan dana hingga jutaan rupiah untuk mengoleksi piringan hitam.

Di Kota Cilegon, salah seorang penggila vinyl yaitu Al Suherlan, pemilik record label Suherlan Record. Di rumah pria kelahiran 1992 itu, tersimpan sekitar 200 keping vinyl lintas genre dan lintas tahun.

Pria yang akrab disapa Al itu membocorkan, dia punya vinyl seharga Rp1 juta dari Album kompilasi yang berjudul “Those Shocking Shaking Days: Indonesian Hard, Psychedelic, Progressive Rock and Funk 1970-1978”.

Album ini berisikan 20 lagu dari beberapa band papan atas yang pernah mewarnai belantika musik tanah air pada era 70’an seperti Koes Plus, Panbers, The Black Brothers, AKA, The Gang of Harry Roesli, The Rollies, Super Kid, Black Brothers dan Shark Move.

Sebagai barang koleksi yang memiliki value, tidak hanya dari segi nominal, tapi juga sejarah, tentunya harus mendapat perlakuan khusus. Nah soal memperlakukan vinyl, Al punya trik khusus yang dibagikan untuk kalian.

Dia menuturkan, merawat piringan hitam tergolong mudah. Intinya, vinyl justru lebih awet kalau sering dimainkan. Tapi kalau pun harus dibersihkan, caranya tergolong simpel.

“Vinyl semakin sering dimainkan, maka kemungkinan berjamurnya makin kecil. Jadi baiknya sering dimainkan. Kalau untuk membersihkan, mudahnya menggunakan cairan pembersih kaca,” katanya.

Setelah itu, vinyl bisa disikat menggunakan sikat gigi yang halus secara perlahan kemudian di lap pakai kain polymer. “Perawatannya tergolong mudah. Tetapi untuk aman, setiap mau dimainkan dilap dulu pakai kain polymer,” bebernya.

“Kalau didisplay, sebaiknya ditegakan, jangan dalam posisi. Karena vinyl bisa bengkok akibat tertumpuk. Terus simpan disuhu sedang, tidak terlalu dingin maupun panas,” tutup penggemar musik folk itu.

Nah sekarang sudah tahu kan cara bersihin vinyl? Mudah bukan? Jadi kalian yang mau mulai koleksi engga perlu bingung lagi buat cara merawatnya. Selamat mencoba! (FCH).

Follow Us

Latest News