INSOMNIAEnt.id – Apa yang kalian pikirkan kalau dengerin musik keroncong? Tua? Ngejelimet? Rumit? Sulit? Mungkin itu segelintir perasaan yang akan terbesit.
Keroncong selama ini memang identik dengan musik orang tua dan komposisinya yang rumit karena melibatkan sejumlah alat musik tradisional yang memerlukan perlakuan khusus saat memainkannya.
Tapi coba kalian dengar musik Kos Atos, unit keroncong asal Kota Malang. Kolektif musik ini akan membuka mata kita, bawah paradigm soal keroncong yang disebutkan di atas tadi, akan luntur. Malah kita mungkin akan malu saat memutarkan musik-musik sekaligus melihat penampilan mereka.
[Artikel lain]
Orkes Taman Bunga Semakin Merekah Dalam EP Kedua
Soalnya, Kos Atos terdiri atas delapan anak muda! Grup yang terbentuk sejak tahun 2014 ini, merupakan band kampus yang diisi oleh Mukti Irianto (vokal), Fajar Sandy (gitar), Michelle Brily (cello), Eka Catra (cak), Krisna Satria Winata (cuk), Rizky Ramadhani Attaqwa (biola, pianika), Risandy Eka Nugraha (bass), dan Vigil Kristologus (perkusi).
Di tangan kreatif mereka, keroncong jadi lebih menyenangkan dan sulit menghindari lekuk tubuh untuk bergoyang (minimal jempol kaki akan berayun-ayun). Musik keroncong yang mereka mainkan mudah dicerna, karena diakulturasi dengan irama pop.
Meski masih muda, tapi mereka nampaknya begitu mencintai keroncong. Terlihat dari tiga album penuh sudah mereka telurkan sejak tujuh tahun lalu. Luta (2016), Esok Lagi (2018), & Local Heroes (2019).
Itu belum termasuk sejumlah single yang sudah dilepas seperti “Selagi Ada” dan “Harapan”. Dan akhir Maret 2021 lalu, mereka kembali meluncurkan nomor tunggal berjudul “Keroncongkan Sekitarmu”.
[Artikel lain]
The Mentawais Rilis Album Kedua “Ombak Bagus”
Lagu terakhir ini, menjadi media kampanye Kos Atos untuk kembali menegaskan bahwa memainkan musik keroncong adalah sebuah hal yang mudah.
“Sebenarnya memperkenalkan musik keroncong juga salah satu alasan kami berdiri. Namun disaat yang sama, kami juga melakukan eksplorasi musik keroncong. Jadi sebenarnya gak terlalu manut pakem yang saklek juga. Kami masih ada Pop-nya. Karena menurutku, “pelestarian” dan “pengembangan” memang harus berjalan seimbang,” ujar pemain Cello, Michelle Brilly kepada InsomniaEnt.id.
Upaya mereka untuk mempopulerkan keroncong dikalangan anak muda, dibenarkan Fajar Sandy, gitaris Kos Atos. Dia mengatakan, lewat single ini, Kos Atos ingin “membumikan” musik keroncong, ragam irama yang katanya sulit untuk dimainkan.
“Ah, gak muluk-muluk sih, sejujurnya. Kami hanya ingin membawa musik keroncong ke khalayak luas, terutama generasi muda. Seperti pengen bilang, ‘Hei, keroncong gak sesulit itu kok’,” tuturnya.
Setelah merilis “Keroncongkan Sekitarmu”, mereka menyebut akan kembali merilis beberapa single, sembari menggarap album keempat mereka. Konon, materi untuk album terbaru sudah mulai dikumpulkan sejak tahun lalu.
“Di tengah pandemi, gak ada live, gak ada konser, kami akhirnya workshop. Mengumpulkan materi-materi baru sambil bicara rencana ke depan meskipun penuh keterbatasan,” timpal Vigil, sang perkusionis. (Fch)