INSOMNIAEnt.id – Gitaris sekaligus songwriter, Riki Poring begitu mencintai musik Punk. Sejak tahun 1996, telinganya sudah akrab dengan nada pemberontakan yang diusung oleh musisi Punk masa itu.
Kecintaannya terhadap Punk itu lah, yang membawa dirinya membentuk sejumlah band bernafaskan Punk. Clinic, Sploist, The Minded, A.S.S atau Second Audio Stars, adalah grup band yang pernah dinaungi Riki Poring. Bahkan bersama A.S.S, ia masih aktif bermusik.
Nah, sebagai Punkers yang sering hilir mudik masuk studio rekaman dengan berbagai band, plus keaktifannya di komunitas underground, khususnya scene Punk, Om Riki –panggilan akrabnya– tentu memiliki banyak referensi musisi yang sekaligus memengaruhi gaya hidupnya.
Saking banyaknya referensi musik dan “dongeng-dongeng” soal Punk, Om Riki enggan berpaling dari jenis musik ini. Musik Punk seakan sudah menyatu dengan DNA nya. Forever Punk!
Saat tim InsomniaEnt mewawancari Om Riki beberapa hari lalu, kami serasa diberi kuliah 3 SKS tentang Punk. Gimana engga, ketika ditanya arti Punk dan siapa musisi yang paling berpengaruh dalam bermusik, nama puluhan musisi mengalir deras dari mulutnya.
“Arti Punk buat gua itu intinya lo harus bisa berdiri di atas kaki lo sendiri dan engga ngerugiin orang lain. Kata orang Do It Yourself (D.I.Y), gua setuju. Tapi D.I.Y-nya harus yang positif, kalau negatif gua juga engga setuju,” jelasnya.
Tapi sebelum dibeberin satu per satu grup musik yang menjadi influencenya, kita perlu tahu dulu nih, kalau Om Riki sudah nge-band dari tahun 1997 sebagai gitaris (Zaman itu sebagian dari kita mungkin masih suka ngelapin ingus atau bahkan ada yang masih jadi benih. Hehe).
Karir Sebagai Musisi Punk
Karirnya sebagai musisi dimulai dengan membentuk Game Over yang diperkuatnya dari tahun 1997-1999. Berlanjut dengan menjadi punggawa dedengkot Punk asal Cilegon, Clinic ditahun 1999-2000.
Ditahun 2000, karir bermusik Om Riki hijrah dengan mendirikan Spolist. Di sini lah potensi musiknya semakin terasah. Selama lima tahun Om Riki membangun Sploist bersama Ache Maxibilly.
Namun naluri musiknya tidak puas hanya dengan Sploist. Ditahun 2005, Om Riki kemudian mendirikan rumah baru yang dinamakan The Minded. Di tangan dinginnya, The Minded saat itu bisa sejajar dengan band-band yang lebih dulu berdiri seperti Clinic, Sploist, dan Suck-It 26.
Sayang, konflik internal membuat ia harus undur diri dari The Minded dan memilih pinangan A.S.S untuk mengisi posisi gitaris yang kosong. Posisinya di A.S.S tak tergeser hingga sekarang.
Meski pada periode 2010-2011 ia juga sempat membentuk Side Project bersama Igun “Suck-It 26”, Cimot “Ex OSDH”, dan Harun “First Date” bernama Second Audio Stars (S.A.S). Bahkan di S.A.S, Om Riki juga merangkap sebagai vokalis bersama Igun.
Penikmat Musik Punk Lintas Generasi
Nah kembali soal selera musik yang banyak memengaruhi hidup Om Riki. Dengan melihat banyaknya band yang menjadi referensi, tak heran pula kalau disetiap band yang diperkuat, Om Riki kerapkali menjadi aktor dalam menciptakan musik dan lirik.
Kegemaran Om Riki terhadap musik Punk, bukan cuma pada nama-nama lawas. Tetapi penerusnya yang kini lebih fresh pun, tetap diikuti. Om Riki beradaptasi dengan segala perkembangan Punk yang terjadi diera modernisasi.
Dimulai saat merintis bersama Clinic, pria bertubuh kekar itu, senang mendengarkan karya-karya dari Less Than Jake, The Mighty Mighty Bosstones, Rancid, Kemuri, Anti Flag, The Suicide Machines, Reel Big Fish, NOFX, dan Pennywise.
Ketika membangun Sploist, musik NOFX, Rancid, dan Pennywise masih menjadi sumber inspirasinya. Namun untuk memperkaya nuansa musik Sploist, Om Riki juga mendengarkan Bad Religion dan Skin Of Tears.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan musik Punk semakin meluas. Terutama sejak kemunculan Green Day diawal tahun 90an, banyak band-band yang akhirnya memodifikasi musik Punk itu sendiri, terutama dalam hal gaya hidup.
Dalam hal itu, Om Riki tidak alergi. Bahkan dia mencoba untuk menyesuaikan perkembangan itu dengan mengadopsi apa yang dipopulerkan oleh Green Day dan band seperjuangan lainnya.
Maka ketika bergabung dengan The Minded, Om Riki juga nge-mix kultur “Punk Jadul”, dengan fenomena “Punk Wangi” yang dikumandangkan oleh band-band semacam Good Charlotte, Blink 182, Simple Plan, dan MXPX.
Soalnya, ketika membangun The Minded, memang musik yang diusung cukup berbeda dengan tiga band sebelumnya, sehingga sedikit banyak “Kiblat” Om Riki pun ikut bergeser. Lebih simplenya, karena menyesuaikan pasar. Hehe.
Berlanjut pada masa Om Riki membangun S.A.S. Di sini, nada dan riff Local Resident Failure, Simphony Of Distruction, dilalap habis. Wajar apabila lagu gubahannya di S.A.S penuh dengan energi yang nge-beat.
Sedangkan di band yang masih diperkuatnya sampai saat ini, A.S.S, Om Riki mengaku banyak menyerap irama dari Neek Deep dan Chunk! No Captain Chunk. Bahkan band-band Hardcore seperti Agnostic Front, Sick Of It All juga dilibasnya.
“Alasan gua suka band itu semua, karena bikin gua semangat hidup. Kalau dengerin itu semua jadi lebih kuat menghadapi kepahitan hidup. Dan jadi semangat ngejar cita cita sama impian gua,” seloroh pemilik nama lengkap Riki Irawan itu.
Wah, kalau melihat referensi musiknya yang penuh dengan playlist Punk lintas generasi, tak heran memang jika Riki Poring mahir dalam mengolah rasa yang kemudian dikemas lewat karya.
Stigma Punk yang disematkan oleh sebagian orang dengan gambaran urakan, tak beraturan, minim pengetahuan, kayanya harus belajar deh sama Om yang satu ini.
Karena justru Om Riki membagi semangat Punk yang bebas, namun tetap harus menghargai orang lain tanpa memusuhi individu yang berbeda pendapat.
Semangat berkarir, Glenn Fredly. (FCH).