INSOMNIAEnt.id – Selain tanggal 9 Maret ditetapkan sebagai Hari Musik Nasional, bulan ketiga tahun masehi ini juga punya tanggal penting dalam perkembangan industri seni kreatif tanah air. Soalnya nih, tanggal 30 Maret ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.
Dikutip dari Gatra, penetapan tanggal 30 Maret sebagai Hari Film Nasional didasari karena ditahun 1950, film Darah & Doa (Long March of Siliwangi) yang disutradarai Usmar Ismail melakukan pengambilan gambar hari pertama. Film ini dinilai sebagai film lokal pertama yang mengusung ciri Indonesia. Selain itu, film ini merupakan film pertama yang disutradarai orang Indonesia dan diproduksi oleh perusahaan film Indonesia, Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Satu dekade lebih setelah film Darah & Doa diproduksi, melalui konferensi Dewan Film Nasional dengan Organisasi Perfilman pada 11 Oktober 1962 menetapkan 30 Maret menjadi Hari Film Nasional.
Keputusan ini diperkuat dengan terbitnya Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres RI) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional di era Presiden BJ Habibie. Nah, bicara tentang film, tidak akan bisa lepas dari musik sebagai elemen penting untuk memperkuat dramatisasi jalan cerita. Bak dua sisi mata uang, film dan musik memiliki hubungan erat dalam menghadirkan atsmofir sebuah film akan terasa lebih ‘hidup’ dan memberikan pengalaman menonton yang lebih banyak.
Salah satu unsur musik yang berkaitan erat dengan film adalah Soundtrack. Elemen ini seolah menjadi penekanan dari tema film yang digarap. Sekaligus brand image dari film tersebut. Kadang kala, sebuah Soundtrack akan menjadi ciri khas dari sebuah film. Contohnya, ketika kita mendengar lagu I Don’t Wanna Miss A Thing milik band rock Aerosmith, pikiran kita pasti langsung tertuju ke film Armageddon yang diperani Bruce Willis tahun 1998 silam.
Di dalam negeri juga sama, ada beberapa Soundtrack fenomenal yang melekat dengan produksi film tertentu. Kami pun coba mengkurasi lima lagu musisi indie yang karyanya nempel dengan filmnya.
The Adams – Konservatif (Janji Joni)
Lagu ini jadi salah satu diantara 12 lagu yang ada di album Original Soundtrack (OST) film Janji Joni besutan sutradara Joko Anwar yang rilis tahun 2005. Lewat lagu ini, nama The Adams meroket, karena diiringi dengan film Janji Joni yang juga sukses dipasaran. Tak Cuma menjadi soundtrack film yang dibintangi Nicholas Saputra dan Mariana Renata SAJA, Konservatif juga melekat dengan kehidupan anak muda pada waktu itu. Tak heran meski sudah lebih dari satu decade, lagu ini masih saja nempel dan ditunggu ketika The Adams perform.
Float – Sementara (Tiga Hari Untuk Selamanya)
Ketika wabah genre Folk melaanda industri musik tiga tahun lalu, salah satu lagu yang popular bagi anak-anak “senja” adalah Sementara milik Float. Tapi jauh sebelum itu, lagu ini memang sudah ear-able dikalangan penikmat musik. Pemicunya karena lagu tersebut menjadi salah satu track yang ada di OST film Tiga Hari Untuk Selamanya garapan Mira Lesmana dan Riri Riza pada medio 2007.
Float memang beruntung, selain bisa bekerja sama dengan sutradara jenius semacam Mira Lesmana dan Riri Riza, seluruh OST di film itu juga diisi oleh karya-karya Float. Hasilnya, karya mereka di film tersebut berbuah penghargaan Abhinaya Trophy untuk Soundtrack Terbaik di ajang Jakarta Film Festival dan Best Theme Song di ajang MTV Indonesia Movie Award atas kesuksesan albumnya.
So, sebelum tenar dikalangan anak senja, Sementara sudah lebih dulu sukses dipasaran bersama film Tiga Hari Untuk Selamanya.
Fourtwnty – Zona Nyaman (Filosofi Kopi)
Setelah sukses dengan lagu Aku Tenang, nama Fourtwnty semakin melejit ketika lagu mereka Zona Nyaman ditunjuk menjadi pengisi sekuel film Filosofi Kopi 2: Ben & Jody garapan sutradara Angga Dwimas Sasongko. Dalam waktu singkat, lagu yang dirilis tahun 2017 itu digandrungi masyarakat Indonesia. Apalagi lagu itu diciptakan bersamaan dengan sedang naiknya genre folk yang dicintai penikmat senja. Selain memang syahdu, Zona Nyaman juga sarat dengan lirik motivasi yang mendorong semangat kita untuk bisa bekerja dengan hati.
Zeke Khaseli & Yudhi Arfani feat. Cholil Mahmud – Lazuardi (Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak)
Lagu yang menggambarkan keindahan alam Sumba sebagai latar film festival Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak ini, ditulis oleh Zeke Khaseli dan Yudhi Arfani yang biasa Mengisi music untuk film-film Joko Anwar dan melibatkan Cholil Mahmud, vokalis dari Efek Rumah Kaca sebagai pengisi suara. Proses penciptaan Lazuardi juga melibatkan Riko Prayitno (Mocca) untuk mengisi gitar, Giovanni Rahmadeva (Polka Wars) untuk mengisi drum, dan Ricika Iwukaska untuk mengisi trompet.
Kejeniusan musisi yang terlibat dalam Soundtrack ini, seakan bersatu padu dengan sinematografi film yang diperankan oleh Marsha Timothy ini. Karakter suara magis Cholil, sukses menciptakan ambience yang menambah kesan dramatis film bergenre thriller ini.
Mocca – I Will Remember (Catatan Akhir Sekolah)
Siapa yang tak tahu film ini? Film yang diperankan Vino Bastian, Ramon Y Tungka, dan Marcel Chandrawinata ini seolah menjadi anthem masa putih abu-abu. Film ini terbilang sukses dipasaran karena kisahnya yang menggambarkan realita menjelang kelulusan SMA.
Nah dibalik kesuksesan film ini, ada sebuah Soundtrack yang melekat banget sama filmnya. Ya lagu I Will Remember milik kwartet asal Bandung, Mocca. Lagu ini identik sekali dengan film yang dirilis 31 Maret 2005 itu. Lirik dan video klip-nya pun sukses merepresentasikan keindahan masa-masa putih abu-abu yang penuh dengan keseruan dalam hal persahabatan dan percintaan. (Fch).