Mendulang “Kesuksesan” Swara Jalawara Hawara Melalui Rilisan Lagu

Rijal Mahfud

INSOMNIAEnt.id – Pertunjukan Swara Jalawara Hawara, Suara untuk Padi besutan Rizal Mahfud, musisi etnik asal Pandeglang pada pertengahan Januari 2023 di Kantor Urusan Berkarya Boeatan Tjibalioeng, Pandeglang, sukses mengundang respons positif.

Pertunjukan yang menyajikan berbagai kolaborator lintas disiplin seni itu menyimpan memori soal pertunjukan seni yang atraktif.

Untuk mendulang kesuksesan yang serupa, tema lagu yang menjadi pembuka pertunjukan itu, kini resmi dirilis dalam format digital, dan sudah tersedia diberbagai pemutar musik digital. Perilisannya pun bertepatan dengan perayaan Hari Musik Nasional 9 Maret 2023 lalu.

[Artikel lain]

Swara Jalawara Hawara, dari Huma untuk Musik Dunia

Tapi, kesuksesan lebih hakiki yang ingin dicapai dari perilisan Swara Jalawara Hawara ini, bukan sebatas eksposur yang besar. Lebih dari itu, ini menjadi ikhtiar lain dari seorang Rizal Mahfud dalam meremajakan tradisi ngahuma yang prevalensinya kian digerogoti zaman, khususnya di daerah Cibaliung.

Ngahuma sendiri adalah tradisi bercocok tanam padi yang ditekuni masyarakat Pandeglang Selatan, khususnya Cibaliung, dengan mengubah hutan alam menjadi hutan garapan.

Dahulu proses ngahuma selalui diiringi nyanyian atau kidung-kidung dengan alat musik bambu Calung Renteng sebagai ungkapan syukur kepada Nyi Pohaci, sosok mitologi yang diyakini sebagai Dewi Padi.

[Artikel lain]

Pesuling Beranda Rumah, Rijal Mahfud Rilis Debut Solonya

Saking suburnya huma di Cibaliung, membuat daerah itu dicap sebagai wilayah dengan lahan huma terluas se-Provinsi Banten. Tetapi, jumlah lahan dan petani huma di sana semakin berkurang, warisan tradisi yang hidup di masyarakatnya pun perlahan menghilang.

“Karya ini menjadi rangkuman sekaligus tumpahan rasa rindu dan keresahan atas tradisi huma di Cibaliung yang semakin terkikis,” kata Rizal mengawali alasannya merilis lagu berdurasi enam menitan itu kepada InsomniaEnt.id.

Sampul lagu Swara Jalawara Hawara yang telah dirilis diberbagai platform digital.

Rizal menceritakan, dahulu nyanyian atau kidung-kidung selalu dilantunkan saat proses bercocok tanam bersamaan alat musik bambu Calung Renteng sebagai ungkapan syukur kepada Nyi Pohaci, sosok mitologi yang diyakini sebagai Dewi Padi.

“Maka untuk menghadirkan lagi kemagisan itu, di lagu ini menyelipkan bunyi-bunyi seperti Calung Renteng, Omprang, Karinding, sampai Lesung. Dan dirangkai pula dengan sejumlah alat musik modern agar lebih berterima dikalangan anak muda,” ucapnya.

[Artikel lain]

Semangat Agraria, Ode Bagi Petani dari Boeatan Tjibalioeng

Menurut Rizal, lagu Swara Jalawara Hawara juga merepresentasikan proses ngahuma dari mulai narawas, yaitu meminta izin pada penguasa bumi dan langit, lalu proses liliuran dimana petani pada zaman dulu melakukan tradisi ngaseuk secara kolektif dalam satu lahan ke lahan lain, saling membantu satu sama lain, hingga padi berhasil dipanen.

“Lirik dalam lagu ini pun mengandung banyak falsafah kearifan lokal yang masih relevan dengan era sekarang. Seperti penggalan lirik “saeutik mahi loba nyesa”. Yang artinya meski sedikit hasilnya, bisa mencukupi, pun hasilnya banyak ingin tersisa,” cetus Rizal.

Pria yang juga dikenal sebagai pesuling unit folk etnik asal Lebak, Beranda Rumah ini mengungkapkan, dirilisnya Swara Jalawara Hawara merupakan lanjutan proyek pertunjukkan sebelumnya yang didanai oleh Dana Indonesiana.

[Artikel lain]

Meniti Waktu Kala Rindu Selalu Mengganggu

“Swara Jalawara Hawara, merupakan satu dari empat lagu karya yang digarap. Rencananya setiap bulan akan dirilis satu lagu,” kata dia.

Sementara urusan komposisi Swara Jalawara Hawara yang kental dengan unsur musik etnik bambu, Rizal dibantu Fariz Alwan dari “Syarikat Idola Remaja” dan Arian Putra. Rijal mengakui hampir 70 persen komposisi lagu tersebut terdapat peran mereka berdua.

“Kalau saya lebih kepada mengeluarkan gagasan awal saja. Kemudian Fariz dan Arian yang menerjemahkan konsep itu dalam sebuah lagu,” ujar Rizal. (Fch)

Share :

Baca Juga