INSOMNIAEnt.id – Abandon All The Suffer a.k.a AATS muncul dengan gebrakan baru pasca-hiatus tahun 2023 lalu. Kolektif musik yang lekat dengan warna Emo Rock ini, justru nongol lagi dengan warna musik yang berbeda 360 derajat.
Tepat pada 24 Januari 2024, band yang dimotori oleh Jean Martin, Erlan, Ifal, Gilang, dan Faridl ini melepas nomor tunggal baru berjudul “Romansa Pilu”. Perilisan ini mengagetkan karena tiba-tiba mereka mengusung sound elektronik yang kental dengan unsur New Wave.
Irama 80’s dilagu ini cukup kuat. Bahkan untuk artwork-nya pun mereka desain sedemikian rupa agar mendekati vibes yang diinginkan. Hanya satu yang mereka sisakan dari rona AATS, cantabile Erlan yang sulit digantikan.
[Artikel lain]
Swellow Melanjutkan Hegemoni Indie-Rock di Ranah Bogor
Lalu yang jadi pertanyaan, mengapa mereka memilih konsep elektronik ini? Jawabannya abnormal, tapi masuk akal.
Sang gitaris, Jean Martin menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas perubahan arah musik AATS ini. Martin cerita kalau lagu ini sebetulnya materi lama yang belum pernah dirilis. Tapi materi itu mulanya format band dan berbahasa Inggris. Karena dianggap susah dibawakan dan tidak relevan dengan zaman, akhirnya diramu lagi dengan warna yang saat ini bisa kita dengar.
“Ide ini muncul setelah kita main di acara Kelas Malam sebagai opening act-nya Dewa 19 tahun 2023 lalu. Setelah itu kita sepakat jadiin aja tapi liriknya diubah jadi Bahasa Indonesia tapi ga mau format band karena udah biasa. Akhirnya tercetuslah New Wave karena lagi tren juga, kan?” cetus dia.
Martin mengakui “Romansa Pilu” bukan benang merah dari AATS. Tapi bagi mereka yang udah nge-band hampir dua dekade, kayanya butuh penyegaran dan menciptakan karya yang lebih related dengan perkembangan pasar.
“Tren musik sekarang elektronik. Kalau format band tidak terlalu hype. Buat dijadiin sound di MedSos. Tujuannya itu untuk umpan konten. Karena kalau ga kaya gitu, ga ada lagi caranya untuk menarik minat orang,” kata dia.
“Kalau (ngeband) gitu-gitu doang, akhirnya bandnya gitu-gitu doang. Jadi target kita mau dijadiin konten di TikTok atau Reels IG. Jadi menurut gua itu cara yang paling mujarab, viral dulu baru diputar,” tambah Martin.
Lagu Penuh Gimik
Meski musik mereka kali ini terkesan keluar jalur, tapi secara produksi hingga konten promo mereka garap serius. Hal itu dilakukan dengan sejumlah konten yang telah mereka buat pra rilis sebulan lalu.
“Dari bulan lalu gua minta react dari beberapa musisi, kaya Praz teguh dan Sansan Pee Wee Gaskins. Dan syukur tanggapan mereka positif dan itu berdampak banget ke akun kita,” jelasnya.
[Artikel lain]
Littlefingers Bikin Babak Baru Eksplorasi Musikalnya
Proses kreatif dari lagu berdurasi tiga menitan ini ga sampe pada perilisannya. Martin menambahkan, pasca-rilis Romansa Pilu, mereka juga lagi nyiapin gimik lain yang bisa mengatrol pendengar baru.
Salah satunya adalah kontes. AATS bakal bikin dua kontes berbeda sebagai tindaklanjut dari perilisan Romansa Pilu. Nyeleneh, tapi ini adalah bentuk keseriusan Martin dkk dalam melahirkan karya yang memorable.
“Nanti ada dua kontes, satu kontes senam karena intronya senam banget. Satu lagi kontes berkendara malam sebagai interpretasi dari salah satu bait lirik Romansa Pilu. Kita nyiapin merchandise hadiah khusus tapi jadwalnya masih kita pertimbangin,” kelakarnya.
Stay on the Track
Perubahan warna musik Abandon All The Suffer ini memunculkan pertanyaan lain, soal arah musik mereka kedepannya. Sebagai band yang besar lewat lagu “Darah dan Airmata” dan “Our Last Together” yang kental dengan nuansa emo, mereka menegaskan akan tetap di jalur yang telah membesarkan nama mereka itu.
Martin membeberkan sudah menyiapkan skenario bila strategi mereka untuk Romansa Pilu ini berhasil tanpa menanggalkan warna emo dan rock. Lagi pula Martin membocorkan, sudah ada beberapa lagu yang tetap memainkan warna emo dan indie rock.
“Yang penting nih, satu Abandon, mah. Karakter vokalnya masih kuat. Kalau nada, melodi, dan vokalnya masih tetap Erlan. Itu menjadi kekuatan AATS selama ini. Dan nanti ada beberapa lagu yang bakal dirilis lagi, itu genrenya beda semua. Ada yang lebih keras. Tapi tetap di vokal itu yang jadi kekuatan utama,” tegasnya.